Ummu Muslim al-Khaulani adalah seorang wanita dari kalangan wanita tabi’in. Ummu Muslim adalah seorang wanita tabi’in yang terhormat, mempunyai pengaruh besar, dan memiliki kapasitas keilmuan dan pengetahuan yang memadai, selain sifat zuhud dan ketakwaan
Suaminya adalah Abu Muslim al-Khaulani ad-Darani, seorang tokoh tabi’in yang zuhud. Ummu Muslim termasuk wanita yang paling berbakti kepada suaminya. Ia memberikan pelayanan dan menjadi teman terbaik yang menyertai suami. Tapi ada wanita tetangganya yang menjadikan hubungan Ummu Muslim rusak dengan suaminya. Abu Muslim mendoakan atas wanita itu hingga menjadi buta. Belakangan, wanita itu datang padanya untuk mengakui kesalahannya dan bertaubat. Maka Allah mengembalikan penglihatannya kembali.
Abu Nuaim al-Ashbhani menuturkan rincian kisah ini:
Setiap kali Abu Muslim al-Khaulani pulang kerumahnya dari masjid, ia selalu mengucapkan takbir didepan pintu tempat tinggalnya. Lalu istrinya menyahut dengan takbir pula. Ketika sampai diberanda rumahnya, ia bertakbir lalu istrinya pun menyahutinya dengan takbir. Ketika sampai dipintu rumahnya, ia bertakbir dan diikuti jawaban takbir oleh istrinya.
Suatu malam ia pulang. Lalu ia bertakbir didepan pintu tempat tinggalnya. Namun tak ada seorangpun yang menyahutnya. Ketika sampai diberanda rumah, ia pun bertakbir, namun tak ada seorang pun yang menyahutinya. Tatkala ia sampai di pintu rumahnya, ia bertakbir dan lagi-lagi tidak ada seorang pun yang menjawabnya.
Padahal biasanya ketika ia masuk rumah, istrinya meraih surban dan kedua sandalnya lalu memberikannya makanan . Ketika masuk rumah, ternyata tak ada lampu penerangan. Ketika diperiksa, ternyata istrinya sedang duduk dirumah sedang termenung mengorek-ngorek sebatang dahan ditangannya.
Abu Muslim bertanya kepadanya,”Ada apa denganmu?”
Ia menjawab,” Engkau mempunyai kedudukan tinggi dimata Muawiyah bin Abu Sufyan sedangkan kita tidak punya pembantu(budak). Seandainya engkau meminta diberikan budak, ia pasti memberikannya kepadamu.
Abu Muslim sadar bahwa dalam masalah ini ada sesuatu yang tersembunyi. Ia menengadahkan wajahnya kelangit seraya berkata,” Ya Allah, siapapun yang merusak istriku maka butakanlah mata penglihatannya.”
Abu Nuaim al-Ashbhani menceritakan,”Sebelumnya ada seorang wanita datang menemui Ummu Muslim. Wanita itu berkata,”suamimu mempunyai kedudukan penting di sisi Muawiyah. Seandainya engkau katakan padanya agar minta diberikan budak untuk melayanimu, pasti ia akan memberikannya hingga kalian dapat hidup sejahtera.”
Ketika wanita itu sedang duduk dirumahnya malam hari, tiba-tiba penglihatannya menjadi gelap. Ia berkata,”ada apa gerangan dengan lentera-lentera kalian?apakah padam?
Saat itu ia menyadari dosanya dan campur tangannya dalam kehidupan Ummu Muslim. Maka ia mengahadap Abu Muslim seraya menangis dan memintanya berdoa kepada Allah agar mengembalikan penglihatnnya. Abu Muslim merasa kasihan lalu memohon kepada Allah dengan sepenuh hati agar Allah mengembalikan penglihatannya. Selanjutnya Ummu Muslim kembali ke kehidupan yang bersih bersama suaminya Abu Muslim.
Abu Muslim al-Khaulani selalu menautkan hatinya kepada Allah atas dasar yang benar. Ia pun membimbing istrinya dan mengajarkan bahwa tidaklah terhenti keperluan duniawi yang dimintakan seseorang kepada Allah kecuali ia sendiri akan beruntung dengan kepastian Allah tentang hal itu. Allah Azza Wa Jalla berfirman:”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.(QS. Ath-Thalaq:2-3)
Diantara tanda kemenangan dan keberhasilan, yaitu mengembalikan sesuatu hanya kepada Allah. Bukan pada manusia. Sebab, manusia tidak memiliki apa-apa. Mungkin Ummu Muslim tidak mengetahui kenyataan ini kecuali setelah beberapa lama. Sejak saat itu, terkuak sudah hakikat dari apa yang selama ini diajarkan oleh suaminya.
Setiap kali Abu Muslim al-Khaulani pulang kerumahnya dari masjid, ia selalu mengucapkan takbir didepan pintu tempat tinggalnya. Lalu istrinya menyahut dengan takbir pula. Ketika sampai diberanda rumahnya, ia bertakbir lalu istrinya pun menyahutinya dengan takbir. Ketika sampai dipintu rumahnya, ia bertakbir dan diikuti jawaban takbir oleh istrinya.
Suatu malam ia pulang. Lalu ia bertakbir didepan pintu tempat tinggalnya. Namun tak ada seorangpun yang menyahutnya. Ketika sampai diberanda rumah, ia pun bertakbir, namun tak ada seorang pun yang menyahutinya. Tatkala ia sampai di pintu rumahnya, ia bertakbir dan lagi-lagi tidak ada seorang pun yang menjawabnya.
Padahal biasanya ketika ia masuk rumah, istrinya meraih surban dan kedua sandalnya lalu memberikannya makanan . Ketika masuk rumah, ternyata tak ada lampu penerangan. Ketika diperiksa, ternyata istrinya sedang duduk dirumah sedang termenung mengorek-ngorek sebatang dahan ditangannya.
Abu Muslim bertanya kepadanya,”Ada apa denganmu?”
Ia menjawab,” Engkau mempunyai kedudukan tinggi dimata Muawiyah bin Abu Sufyan sedangkan kita tidak punya pembantu(budak). Seandainya engkau meminta diberikan budak, ia pasti memberikannya kepadamu.
Abu Muslim sadar bahwa dalam masalah ini ada sesuatu yang tersembunyi. Ia menengadahkan wajahnya kelangit seraya berkata,” Ya Allah, siapapun yang merusak istriku maka butakanlah mata penglihatannya.”
Abu Nuaim al-Ashbhani menceritakan,”Sebelumnya ada seorang wanita datang menemui Ummu Muslim. Wanita itu berkata,”suamimu mempunyai kedudukan penting di sisi Muawiyah. Seandainya engkau katakan padanya agar minta diberikan budak untuk melayanimu, pasti ia akan memberikannya hingga kalian dapat hidup sejahtera.”
Ketika wanita itu sedang duduk dirumahnya malam hari, tiba-tiba penglihatannya menjadi gelap. Ia berkata,”ada apa gerangan dengan lentera-lentera kalian?apakah padam?
Saat itu ia menyadari dosanya dan campur tangannya dalam kehidupan Ummu Muslim. Maka ia mengahadap Abu Muslim seraya menangis dan memintanya berdoa kepada Allah agar mengembalikan penglihatnnya. Abu Muslim merasa kasihan lalu memohon kepada Allah dengan sepenuh hati agar Allah mengembalikan penglihatannya. Selanjutnya Ummu Muslim kembali ke kehidupan yang bersih bersama suaminya Abu Muslim.
Abu Muslim al-Khaulani selalu menautkan hatinya kepada Allah atas dasar yang benar. Ia pun membimbing istrinya dan mengajarkan bahwa tidaklah terhenti keperluan duniawi yang dimintakan seseorang kepada Allah kecuali ia sendiri akan beruntung dengan kepastian Allah tentang hal itu. Allah Azza Wa Jalla berfirman:”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.(QS. Ath-Thalaq:2-3)
Diantara tanda kemenangan dan keberhasilan, yaitu mengembalikan sesuatu hanya kepada Allah. Bukan pada manusia. Sebab, manusia tidak memiliki apa-apa. Mungkin Ummu Muslim tidak mengetahui kenyataan ini kecuali setelah beberapa lama. Sejak saat itu, terkuak sudah hakikat dari apa yang selama ini diajarkan oleh suaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar